Ia tidak akan merasa sakit, walaupun dirinya terluka. Bahkan, ia baru menyadari dirinya terluka setelah melihat darah yang bercucuran.
Demikian pula orang yang hatinya tenggelam dalam kesibukan dengan dzat yang mahadekat. Ia tidak akan merasa sakit ketika kakinya tertusuk duri yang runcing dan tajam.
Kedua, ia merasakan kesakitan itu. Tapi ia rela menerimanya. Bahkan secara akal sehat ia menginginkannya, meskipun secara tabiat atau naluri kemanusiaan ia tidak menyukai rasa sakit itu. Hal ini dapat kita lihat pada orang yang sedang berbekam, di oprasi atau divisum darahnya. Ia tahu itu menyakitkan, tetapi ia rela menerima rasa sakit itu. Bahkan, itu yang di inginkannya. Sebab ia tahu bahwa di balik itu ada harapan yang diinginkan.
Begitulah, ketika seorang hamba diberi cobaan oleh Allah Swt dan ia yakin dibalik itu ada pahala yang jauh lebih bernilai, tentu ia akan rela menerimanya. Bahkan ia akan bersyukur atas cobaan yang ditimpakan padanya..
Demikian pula orang yang hatinya tenggelam dalam kesibukan dengan dzat yang mahadekat. Ia tidak akan merasa sakit ketika kakinya tertusuk duri yang runcing dan tajam.
Kedua, ia merasakan kesakitan itu. Tapi ia rela menerimanya. Bahkan secara akal sehat ia menginginkannya, meskipun secara tabiat atau naluri kemanusiaan ia tidak menyukai rasa sakit itu. Hal ini dapat kita lihat pada orang yang sedang berbekam, di oprasi atau divisum darahnya. Ia tahu itu menyakitkan, tetapi ia rela menerima rasa sakit itu. Bahkan, itu yang di inginkannya. Sebab ia tahu bahwa di balik itu ada harapan yang diinginkan.
Begitulah, ketika seorang hamba diberi cobaan oleh Allah Swt dan ia yakin dibalik itu ada pahala yang jauh lebih bernilai, tentu ia akan rela menerimanya. Bahkan ia akan bersyukur atas cobaan yang ditimpakan padanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar