AL-HABIB ABDURRAHMAN AS-SEGAFF
Imam Wadi Ahgaff ( 739-819 H )
۞ Nama, dan Kelahiran
Seorang figur yang terlahir di kota Tarim ini mempunyai nama lengkap : " Abdurrahman bin Muhammad Maula ad-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Al-faqih Al-Muqaddam ", tumbuh dan besar sebagaimana pendahulu-pendahulunya dengan menghafal Al-Qur'an Al-Karim dan mempelajari kitab "at-Tanbih", "Al-Muhadzab" karya Abu Ishaq As-Syirazi, "Al-Basith", "Al-Wasith", "Al-Wajiz" dan "Al-Khulashah" karya Al-Ghazali, "Al-Aziz" dan "Al-Muharrar" karya Ar-Rafi'i, dll. dalam disiplin ilmu fiqih, beliau juga membaca dan mengamalkan "Ihya Ulumiddin" dll. dalam disipiln ilmu tasawuf, begitu pula disiplin ilmu nahwu shoraf dll, sehingga beliau melebihi para pelajar yang sebaya dengannya. Sebagian sahabat beliau mengatakan : "Bahwa Al-Imam Abdurrahman As-Segaff hampir-hampir hafal kitab :Al-Muhadzab dan Al-Wajiz". Bahkan Al-‘Arif Al-Faqih Ali bin Salim ( Seorang wali Abdal ) pada masa tuanya kembali belajar kepada Al-Imam.
۞ Gelar
Beliaulah wali Allah yang bergelar "As-Segaff", karena sifat khumul (tidak senang terkenal) yang ada dalam dirinya, padahal kepribadian beliau jauh melampaui kemuliaan para wali-wali Allah SWT yang lain, seakan-akan beliau bersembunyi di bawah naungan atap.
Versi yang lain mengatakan bahwa beliau melampaui dan menaungi para wali-wali, dari sanalah beliau diberi gelar As-Segaff.
۞ Guru-Guru
Pada masa belajarnya, beliau melazimi para guru-gurunya dimana dari sanalah beliau mendapatkan ilmu pengetahuan yang mendalam, diantara mereka yang memberikan pendidikan kepada beliau adalah ayahnya sendiri Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilah, Sayyid Al-Imam Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqaddam (Shohib Al-Ama'im). Al-Imam Abdurrahman juga melakukan perjalanan ke Goil Abi Wazir untuk menimba ilmu dengan Syeikh Al-Allamah Muhammad bin Sa'ad Abu Syukail dan Seikh Al-Faqih Muhammad bin Abu Bakar Ba’abbad, ke Aden untuk belajar ilmu bahasa dan lain lain dengan Syeikh Muhammad bin Sa'id Kibban, sampai beliau mengusai semua ilmu tersebut, sekalipun begitu beliau tetap rendah hati terhadap guru-gurunya.
۞ Ibadah Dan Mujahadah
Anugrah yang Allah SWT limpahkan kepada Imam Wadi Ahgaff ini terlihat sejak usia dini, beliau tidak tidur walaupun sekejap mata siang dan malam selama 33 tahun dan tidak menyentuh walau hanya sekedar roti dimalam-malam yang beliau lalui, suatu ketika beliau berkata : "Bagaimana mungkin seseorang akan tertidur ketika dia berbaring ke sebelah kanan, maka dia melihat sorga, jika dia berbaring ke sebelah kiri, maka dia melihat neraka". Beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur'an empat kali di siang hari dan empat kali di malam hari. Sayyid Abu Bakar Al-Adani berkata : "hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa yang tampak tidak rasional, namun bagaimanapun jua itu adalah karunia Allah SWT yang dinamakan "at-thoy", merupakan karomah yang diberikan oleh Allah SWT kepada wali wali-Nya dengan memudahkan lidah mereka untuk bacaan Al-Qur'an dan itu juga terjadi terhadap sayyidina Utsman bin Affan dan Imam Syafi'i". Berlama-lama dalam berdiri saat sembahyang juga merupakan kebiasan yang beliau miliki hingga banyak orang mengira beliua sebuah tiang.
Mengurus kebun kurma di Tarim dan Masileh tidak mengurangi kesungguhan ibadahnya, beliau pun membaca surat Yasin di samping setiap batang pohon kurma, kadang-kadang beliau mengkhatamkan Al-Qur'an ketika itu. Pernah suatu ketika seseorang berkunjung dan masuk ke kamar saat itu beliau sedang lelap dalam istirahatnya, namun dari badan, bulu di tubuhnya bahkan bantal yang gunakan untuk berbaring terdengar lantunan dzikir kepada Allah SWT, benar sekali apa yang beliau ucapkan : "Demi Tuhan tidak pernah hatiku berpaling kepada keluarga, anak, harta, sorga dan neraka".
Beliau bermukim beberapa bulan di wadi Nabi Hud As bersama Syeikh Fadhal untuk beribadah bersama, seluruh wali-wali pada zamannya tunduk dan mengakui derajat wilayah al uzhma yang ada pada beliau seperti anak-anak beliau Abu Bakar As-Sakran dan Umar Al-Mihdhar, Syeikh Fadhal bin Abdullah Shohib As-Syihr dan Syeikhakh Sultanah binti Ali Az-Zubaidi.
Jika datang waktu sahur beliau berkeliling ke masjid-masjid di Tarim untuk sembahyang, namun demikian beliau tidak pernah mengaku beramal, berilmu, memiliki kedudukan serta derajat yang tinggi, justru sebaliknya beliau terkesan menyembunyikan semuanya, beliau berkata : "Janganlah kamu menganggap amal zahirmu adalah segalanya", karena itulah beliau bergelar "As-Segaff". Malam pengantin dihiasi dengan lantunan dzikir dan tahajjud, ketika sudah mencapai usia lanjut, terkadang beliau meminta seseorang untuk membaca Al-Qur'an disampingnya sembari mendengarkan dan membaca bersama.
۞ Karamah-Karamah
Tanda kemulian yang Allah SWT anugerahkan kepada beliau tidak terhingga, setiap malam Jum'at, Senin dan Kamis beliau berkumpul dengan Nabi Muhammad Saw serta sahabat bahkan pernah istrinya menyaksikan serta mendengar percakapan mereka yang sedang membahas tentang agama dan berujar : "Tempatkan aku bersama kalian", Abu bakar As-Siddiq menyambut permintaan beliau : "Engkau sudah bersama kami", mendengar itu istri beliau pun merasa senang : "Alangkah senang hatiku kepada Abu Bakar" imbuhnya.
Sayyid Muhammad bin Abu Bakar bin Ahmad Ba'alawi berkata : "Manakala beliau mentahkimku ; ,maka hilang dari hatiku cinta kepada dunia dan Allah SWT mengganti seluruh sifat tercela yang ada dalam diriku dengan sifat terpuji". Pernah juga suatu hari kepala beliau tertunduk seketika dan beberapa saat kemudian kembali sadar, saat itu anaknya Umar Al-Mihdhar berada bersamanya kemudian ia perintahkan untuk mencium kakinya : "Cium kakiku" kata beliau, maka anaknya umar Al-Mihdhar mencium kedua kakinya yang kuning dan mengeluarkan keharuman kunyit, "Aku telah berjalan di sorga-sorga", kata beliau kepada anaknya.
Suara dzikirpun terdengar dari degupan hati beliau, Saudara beliau Abdullah menyaksikan seluruh tubuhnya bercahaya dan tertulis pada satu baris :
" لا إله إلا الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم "
kemudian baris yang kedua tertulis surat Ikhlas, cahaya yang berkilau seperti matahari, bahkan cahaya itu mengikuti ke mana arah beliau berjalan. Pernah seseorang menyaksikan baju jubah beliau berdiri, padahal ketika itu jubah itu tidak sedang dipakai oleh beliau. Terkadang atap di mana beliau duduk terangkat kemudian kembali seperti semula, suatu hari beliau terbang dari satu batang pohon kurma ke batang yang lain.
Beliau juga mengabarkan anak beliau yang akan dilahirkan apakah laki-laki atau perempuan, juga kematian mereka. Ia juga sering memetik Ruthab untuk keluarganya ketika musim dingin, merubah tanah menjadi Dirham, Bahkan masyarakat sering menyaksikan Syeikh Abdurrahman sedang berada di kampung yang lain .
Sayyidah Sulthanah berkata : "Jika Imam Wadi Ahgaff datang ke tempat kami, maka rumput-rumput tumbuh seakan baru tertimpa hujan lebat, dan beliau pun tidak pernah datang dari pintu, melainkan dari atap atau dinding".
۞ Masjid Abdurrahman As-Segaff
Salah satu kebiasaan masyarakat Tarim adalah menamakan masjid sesuai dengan nama orang yang membangun masjid itu, oleh karena itu kebanyakan masjid disini dinisbatkan pada para aulia Allah, salah satunya adalah masjid Abdurrahman As-segaff atau lebih dikenal dengan sebutan masjid "as-segaff", terletak disebelah barat Pondok Pesantren Rubath, berdekatan dengan masjid Ba_'alwi.
Diceritakan oleh Ahmad (anak beliau), ayahku berkata : "Tidaklah aku membangun masjid ini kecuali empat imam madzhab berdiri di samping empat tiangnya dan Nabi Muhammad SAW di depannya", ini adalah masjid pertama yang beliau dirikan pada tahun 768 H, beliau juga membangun sepuluh masjid lainnya.
ألا َصبَاغٌ كالكؤوس ويـا
مـن زهده بيد له وغَرَسْ1
ت النخلَ في تريمَ ذي ومسيلةِ
ذا مَن رآى في نفسه خطأ ولَسْ
تَ غطسْتَ في بحرِ الهوَى المتعوق
يا قائلٌ :"إن أدر قلبيَ دسْ
يحبُّ غيرَ الله بالحجـرالذي
أخذْتُه فضّحته لتكُـنْ بمسْ
جِدِ السقـافِ يومَ آخرٍة شفِيْ
عًا مَن تَعبـّد ثم يقرأ فيه بسْ
Di masjid As-Segaff tersebut Al-Imam Abdurrahman memimpin hadhrah pada malam Kamis dan Senin, hadhrah tersebut diisi dengan membaca surat Al-Fatihah, tahlil, ayat-ayat Al-Qur'an dan sya'ir-sya'ir ( qosidah ) tentang martabat, karamah para wali, kota Tarim, perguruannya, kaidah-kaidahnya dll.
Dalam majelis Hadhrah ada beberapa ketentuan yang mereka tetapkan dan harus dipenuhi, seperti : "Berprasangka baik ( husnu dzon ) terhadap Allah SWT juga terhadap wali-wali Allah, Menghilangkan hal-hal yang terlintas di hati dari bisikan setan, berprasangka baik juga saling mencintai terhadap sesama salikin, menghayati dan meresapi isi serta makna dari sya'ir-sya'ir ( qosidah ) yang dibaca, membulatkan niat bahwa hadhrah tersebut karena semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya serta para shalihin". Sebagaiman telah dipaparkan oleh Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani .
Dalam majelis hadhrah ini tidak terdapat hal-hal yang melampaui batas seperti memakan kaca, membakar diri, menusuk badan atau teriakan-teriakan yang mengganggu. Diantara aktifitas yang sering menuai keritik dalam majelis hadhrah ini adalah memainkan alat musik seperti seruling dan gendang-gendang atau tawasul, istigatsah dan meminta syafa'at terhadap wali-wali, namun ini masih dalam lingkup prokontra antar ulama, sebagian dari mereka ada yang membolehkan adapula yang melarang, oleh karena itu, maka tidaklah bijak rasanya jika dianggap sebuah kemungkaran,
hingga serta merta melarang atau bahkan mengharamkan perbuatan itu, apalagi kita tahu bahwa ritual tersebut dilakukan oleh para pembesar wali-wali turun temurun yang tidak mengingkarinya dan mereka bukan saja sufi, akan tetapi mereka jua para pakar fiqih yang mendarah daging dari keturunan Alawiyin, Al-Khatib dan Bafadhal yang tidak habis-habisnya setiap abad . Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani menambahkan : "Semenjak abad ke tujuh dan ke delapan dunia Islam telah memberikan toleransi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sufisme, selama hal itu dilakukan agar tercipta dalam hati mereka "dzauq" ( perasaan khusu' dihati ) pada saat muraqabah ( mendekatkan diri ) kepada Allah SWT ".
۞ Mutiara Hikmah
Diantara hikmah yang terukir dari lidah beliau :
" من لا له ورد فهو قرد، ومن لا له ورد ما له وارد"
Barang siapa yang tidak mempunyai wiridan (dzikir-dzikir yang dibaca setiap hari); maka sama halnya dengan kera, dan barang siapa yang tidak mempunyai wiridan; maka tidak datang kepadanya (keberkahan dan karunia Allah SWT).
" دواء القلب قطع العلائق"
Obat penyakit hati adalah memutus semua hubungan.
" من لا يطالع في كتاب الإحياء ما فيه حياء"
Siapa yang tidak menelaah kitab "Ihya ulumiddin" (karya Al-Gozali), maka tidaklah tercipta dalam dirinya rasa malu.
" من لا له أذكار فليس بذكر"
Siapa yang tidak mempunyai dzikir, maka dia bukanlah lelaki sejati.
"الناس فقراء إلى العلم، والعلم فقير إلى العمل، والعمل محتاج إلى العقل، والعقل فقير إلى التوفيق"
Manusia butuh ilmu, begitu pula ilmu perlu praktek (amal perbuatan), dan praktek tak lepas dari akal (kecerdasan dan kepiawayan), sementara akal bergantung pada taufik.
" كل علم بلا عمل باطل، وكل علم وعمل بلا نية هباء، وكل علم وعمل ونية بلا سنة مردود، وكل علم وعمل ونية وسنة بلا ورع خسران، ويخاف على صاحبه عند الموازنة والقصاص ذهابه"
Setiap ilmu tanpa praktek sia-sia, ilmu dan praktek tanpa niat seperti debu, ilmu, praktek dan niat tanpa sunnah tidak diterima, ilmu, praktek, niat dan sunnah tanpa sifat waro' akan mendapat kerugian bahkan lebih ironis lagi hilangnya amal ibadah tersebut pada hari kiamat.
" من لم يقرأ المهذب ما عرف قواعد المذهب"
Siapa yang tidak membaca kitab "Al-Muhadzab"; maka dia belum mengenal kaidah-kaidah madzhab.
" من لا له أدب فهو دُب"
Siapa yang tak memiliki tata krama, tak ubahnya binatang buas.
"كن ابن زمانك، فإن رأيت أهله ذئابا فلا تكن ضأنة يأكلوك، وإن رأيتهم ضأنا فلا تكن ذئبا تأكلهم"
Jadilah kamu anak yang bijak pada masamu, jika kamu melihat mereka seperti serigala; maka janganlah kamu seperti kambing yang jadi santapan mereka dan jika kamu melihat mereka seperti kambing; maka janganlah kamu seperti serigala yang menghantui mereka.
"أنا شيخ من لا شيخ له"
Aku adalah guru bagi orang yang tidak mempunyai guru.
" في تربة تريم ثمانون قطبا"
Dalam pemakaman "Zanbal" terdapat 80 wali quthub.
Keluarga, Kerabat serta Keturunan
Beliau mempunyai beberapa saudara : Ali, Abdullah dan Alwi, adapun nama ibu beliau adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar bin Ahmad bin Al-faqih yang di makamkan di perkampungan yang bernama Qosam. Beliau mempunyai empat istri diantara mereka ada yang berasal dari luar kota Tarim, dianugerahi 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, diantaranya : Ahmad, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Maryam (dari istri beliau Bahiyah binti Ali bin Abdullah Ba'alawi), Hasan, Aqil, Ja'far (dari istri beliau anak dari Salim keturunan Judail), Syeikh, Abdullah, Alwi (dari istri beliau 'Aisyah binti Yahya Bilqunain), Ali (dari istri beliau anak perempuan dari keturunan Ba'tsabtan), Ibrahim (dari istri beliau anak perempuan Abdullah Bafadhl Balhaj), Husain (dari istri beliau anak perempuan keturunan Ibn Ubeid). Empat dari mereka (Umar Al-Mihdhar, Hasan, Ahmad dan Syeikh) tidak mempunyai keturunan laki-laki, begitu pula Ja'far yang mempunyai keturunan laki-laki namun kemudian terputus.
۞ Berpulang Ke Rahmatullah
الذين إذا أصابتهم مصية قالوا إن لله وإن إليه راجعون (البقرة :156)
Mereka yang apabila tertimpa musibah, maka terucap dari lidah mereka "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Malang tak dapat ditolak saat musibah datang bertandang, tepat pada hari kamis 23 Sya'ban 819 H, Masyarakat kota Tarim dirundung duka yang mendalam atas wafatnya Imam Wadi Ahgaff Al-Habib Abdurrahman As-segaff. Menjelang ajal beliau, para kerabat berkumpul diantara mereka ada yang mencoba memalingkan wajahnya kearah kiblat, namun walaupun dalam masa kritis seperti itu, beliau masih mampu untuk melakukan sendiri, pada saat itu pula beliau menghembuskan nafas terakhir, dan dimakamkan diturbah zanbal pada hari jum'at diwaktu dhuha. Anaknya Umar Al-Mihdhar pun melantunkan syair-syair meratapi wafat ayahnya:
"ألا يا عين ويحك لا تنامي :: وبثي كل الدمع واسقي كل ضامي"
"على فرق الذي قد صار منه:: جميع الجسم باك والعظام"
Pehatikanlah wahai semua mata! Sungguh kasihan dirimu, janganlah kamu tidur dan menangislah terhadap kematian seorang wali….
Imam Wadi Ahgaff ( 739-819 H )
۞ Nama, dan Kelahiran
Seorang figur yang terlahir di kota Tarim ini mempunyai nama lengkap : " Abdurrahman bin Muhammad Maula ad-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Al-faqih Al-Muqaddam ", tumbuh dan besar sebagaimana pendahulu-pendahulunya dengan menghafal Al-Qur'an Al-Karim dan mempelajari kitab "at-Tanbih", "Al-Muhadzab" karya Abu Ishaq As-Syirazi, "Al-Basith", "Al-Wasith", "Al-Wajiz" dan "Al-Khulashah" karya Al-Ghazali, "Al-Aziz" dan "Al-Muharrar" karya Ar-Rafi'i, dll. dalam disiplin ilmu fiqih, beliau juga membaca dan mengamalkan "Ihya Ulumiddin" dll. dalam disipiln ilmu tasawuf, begitu pula disiplin ilmu nahwu shoraf dll, sehingga beliau melebihi para pelajar yang sebaya dengannya. Sebagian sahabat beliau mengatakan : "Bahwa Al-Imam Abdurrahman As-Segaff hampir-hampir hafal kitab :Al-Muhadzab dan Al-Wajiz". Bahkan Al-‘Arif Al-Faqih Ali bin Salim ( Seorang wali Abdal ) pada masa tuanya kembali belajar kepada Al-Imam.
۞ Gelar
Beliaulah wali Allah yang bergelar "As-Segaff", karena sifat khumul (tidak senang terkenal) yang ada dalam dirinya, padahal kepribadian beliau jauh melampaui kemuliaan para wali-wali Allah SWT yang lain, seakan-akan beliau bersembunyi di bawah naungan atap.
Versi yang lain mengatakan bahwa beliau melampaui dan menaungi para wali-wali, dari sanalah beliau diberi gelar As-Segaff.
۞ Guru-Guru
Pada masa belajarnya, beliau melazimi para guru-gurunya dimana dari sanalah beliau mendapatkan ilmu pengetahuan yang mendalam, diantara mereka yang memberikan pendidikan kepada beliau adalah ayahnya sendiri Muhammad bin Ali Maula Ad-Dawilah, Sayyid Al-Imam Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Al-Faqih Al-Muqaddam (Shohib Al-Ama'im). Al-Imam Abdurrahman juga melakukan perjalanan ke Goil Abi Wazir untuk menimba ilmu dengan Syeikh Al-Allamah Muhammad bin Sa'ad Abu Syukail dan Seikh Al-Faqih Muhammad bin Abu Bakar Ba’abbad, ke Aden untuk belajar ilmu bahasa dan lain lain dengan Syeikh Muhammad bin Sa'id Kibban, sampai beliau mengusai semua ilmu tersebut, sekalipun begitu beliau tetap rendah hati terhadap guru-gurunya.
۞ Ibadah Dan Mujahadah
Anugrah yang Allah SWT limpahkan kepada Imam Wadi Ahgaff ini terlihat sejak usia dini, beliau tidak tidur walaupun sekejap mata siang dan malam selama 33 tahun dan tidak menyentuh walau hanya sekedar roti dimalam-malam yang beliau lalui, suatu ketika beliau berkata : "Bagaimana mungkin seseorang akan tertidur ketika dia berbaring ke sebelah kanan, maka dia melihat sorga, jika dia berbaring ke sebelah kiri, maka dia melihat neraka". Beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur'an empat kali di siang hari dan empat kali di malam hari. Sayyid Abu Bakar Al-Adani berkata : "hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa yang tampak tidak rasional, namun bagaimanapun jua itu adalah karunia Allah SWT yang dinamakan "at-thoy", merupakan karomah yang diberikan oleh Allah SWT kepada wali wali-Nya dengan memudahkan lidah mereka untuk bacaan Al-Qur'an dan itu juga terjadi terhadap sayyidina Utsman bin Affan dan Imam Syafi'i". Berlama-lama dalam berdiri saat sembahyang juga merupakan kebiasan yang beliau miliki hingga banyak orang mengira beliua sebuah tiang.
Mengurus kebun kurma di Tarim dan Masileh tidak mengurangi kesungguhan ibadahnya, beliau pun membaca surat Yasin di samping setiap batang pohon kurma, kadang-kadang beliau mengkhatamkan Al-Qur'an ketika itu. Pernah suatu ketika seseorang berkunjung dan masuk ke kamar saat itu beliau sedang lelap dalam istirahatnya, namun dari badan, bulu di tubuhnya bahkan bantal yang gunakan untuk berbaring terdengar lantunan dzikir kepada Allah SWT, benar sekali apa yang beliau ucapkan : "Demi Tuhan tidak pernah hatiku berpaling kepada keluarga, anak, harta, sorga dan neraka".
Beliau bermukim beberapa bulan di wadi Nabi Hud As bersama Syeikh Fadhal untuk beribadah bersama, seluruh wali-wali pada zamannya tunduk dan mengakui derajat wilayah al uzhma yang ada pada beliau seperti anak-anak beliau Abu Bakar As-Sakran dan Umar Al-Mihdhar, Syeikh Fadhal bin Abdullah Shohib As-Syihr dan Syeikhakh Sultanah binti Ali Az-Zubaidi.
Jika datang waktu sahur beliau berkeliling ke masjid-masjid di Tarim untuk sembahyang, namun demikian beliau tidak pernah mengaku beramal, berilmu, memiliki kedudukan serta derajat yang tinggi, justru sebaliknya beliau terkesan menyembunyikan semuanya, beliau berkata : "Janganlah kamu menganggap amal zahirmu adalah segalanya", karena itulah beliau bergelar "As-Segaff". Malam pengantin dihiasi dengan lantunan dzikir dan tahajjud, ketika sudah mencapai usia lanjut, terkadang beliau meminta seseorang untuk membaca Al-Qur'an disampingnya sembari mendengarkan dan membaca bersama.
۞ Karamah-Karamah
Tanda kemulian yang Allah SWT anugerahkan kepada beliau tidak terhingga, setiap malam Jum'at, Senin dan Kamis beliau berkumpul dengan Nabi Muhammad Saw serta sahabat bahkan pernah istrinya menyaksikan serta mendengar percakapan mereka yang sedang membahas tentang agama dan berujar : "Tempatkan aku bersama kalian", Abu bakar As-Siddiq menyambut permintaan beliau : "Engkau sudah bersama kami", mendengar itu istri beliau pun merasa senang : "Alangkah senang hatiku kepada Abu Bakar" imbuhnya.
Sayyid Muhammad bin Abu Bakar bin Ahmad Ba'alawi berkata : "Manakala beliau mentahkimku ; ,maka hilang dari hatiku cinta kepada dunia dan Allah SWT mengganti seluruh sifat tercela yang ada dalam diriku dengan sifat terpuji". Pernah juga suatu hari kepala beliau tertunduk seketika dan beberapa saat kemudian kembali sadar, saat itu anaknya Umar Al-Mihdhar berada bersamanya kemudian ia perintahkan untuk mencium kakinya : "Cium kakiku" kata beliau, maka anaknya umar Al-Mihdhar mencium kedua kakinya yang kuning dan mengeluarkan keharuman kunyit, "Aku telah berjalan di sorga-sorga", kata beliau kepada anaknya.
Suara dzikirpun terdengar dari degupan hati beliau, Saudara beliau Abdullah menyaksikan seluruh tubuhnya bercahaya dan tertulis pada satu baris :
" لا إله إلا الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم "
kemudian baris yang kedua tertulis surat Ikhlas, cahaya yang berkilau seperti matahari, bahkan cahaya itu mengikuti ke mana arah beliau berjalan. Pernah seseorang menyaksikan baju jubah beliau berdiri, padahal ketika itu jubah itu tidak sedang dipakai oleh beliau. Terkadang atap di mana beliau duduk terangkat kemudian kembali seperti semula, suatu hari beliau terbang dari satu batang pohon kurma ke batang yang lain.
Beliau juga mengabarkan anak beliau yang akan dilahirkan apakah laki-laki atau perempuan, juga kematian mereka. Ia juga sering memetik Ruthab untuk keluarganya ketika musim dingin, merubah tanah menjadi Dirham, Bahkan masyarakat sering menyaksikan Syeikh Abdurrahman sedang berada di kampung yang lain .
Sayyidah Sulthanah berkata : "Jika Imam Wadi Ahgaff datang ke tempat kami, maka rumput-rumput tumbuh seakan baru tertimpa hujan lebat, dan beliau pun tidak pernah datang dari pintu, melainkan dari atap atau dinding".
۞ Masjid Abdurrahman As-Segaff
Salah satu kebiasaan masyarakat Tarim adalah menamakan masjid sesuai dengan nama orang yang membangun masjid itu, oleh karena itu kebanyakan masjid disini dinisbatkan pada para aulia Allah, salah satunya adalah masjid Abdurrahman As-segaff atau lebih dikenal dengan sebutan masjid "as-segaff", terletak disebelah barat Pondok Pesantren Rubath, berdekatan dengan masjid Ba_'alwi.
Diceritakan oleh Ahmad (anak beliau), ayahku berkata : "Tidaklah aku membangun masjid ini kecuali empat imam madzhab berdiri di samping empat tiangnya dan Nabi Muhammad SAW di depannya", ini adalah masjid pertama yang beliau dirikan pada tahun 768 H, beliau juga membangun sepuluh masjid lainnya.
ألا َصبَاغٌ كالكؤوس ويـا
مـن زهده بيد له وغَرَسْ1
ت النخلَ في تريمَ ذي ومسيلةِ
ذا مَن رآى في نفسه خطأ ولَسْ
تَ غطسْتَ في بحرِ الهوَى المتعوق
يا قائلٌ :"إن أدر قلبيَ دسْ
يحبُّ غيرَ الله بالحجـرالذي
أخذْتُه فضّحته لتكُـنْ بمسْ
جِدِ السقـافِ يومَ آخرٍة شفِيْ
عًا مَن تَعبـّد ثم يقرأ فيه بسْ
Di masjid As-Segaff tersebut Al-Imam Abdurrahman memimpin hadhrah pada malam Kamis dan Senin, hadhrah tersebut diisi dengan membaca surat Al-Fatihah, tahlil, ayat-ayat Al-Qur'an dan sya'ir-sya'ir ( qosidah ) tentang martabat, karamah para wali, kota Tarim, perguruannya, kaidah-kaidahnya dll.
Dalam majelis Hadhrah ada beberapa ketentuan yang mereka tetapkan dan harus dipenuhi, seperti : "Berprasangka baik ( husnu dzon ) terhadap Allah SWT juga terhadap wali-wali Allah, Menghilangkan hal-hal yang terlintas di hati dari bisikan setan, berprasangka baik juga saling mencintai terhadap sesama salikin, menghayati dan meresapi isi serta makna dari sya'ir-sya'ir ( qosidah ) yang dibaca, membulatkan niat bahwa hadhrah tersebut karena semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya serta para shalihin". Sebagaiman telah dipaparkan oleh Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani .
Dalam majelis hadhrah ini tidak terdapat hal-hal yang melampaui batas seperti memakan kaca, membakar diri, menusuk badan atau teriakan-teriakan yang mengganggu. Diantara aktifitas yang sering menuai keritik dalam majelis hadhrah ini adalah memainkan alat musik seperti seruling dan gendang-gendang atau tawasul, istigatsah dan meminta syafa'at terhadap wali-wali, namun ini masih dalam lingkup prokontra antar ulama, sebagian dari mereka ada yang membolehkan adapula yang melarang, oleh karena itu, maka tidaklah bijak rasanya jika dianggap sebuah kemungkaran,
hingga serta merta melarang atau bahkan mengharamkan perbuatan itu, apalagi kita tahu bahwa ritual tersebut dilakukan oleh para pembesar wali-wali turun temurun yang tidak mengingkarinya dan mereka bukan saja sufi, akan tetapi mereka jua para pakar fiqih yang mendarah daging dari keturunan Alawiyin, Al-Khatib dan Bafadhal yang tidak habis-habisnya setiap abad . Sayyid Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adani menambahkan : "Semenjak abad ke tujuh dan ke delapan dunia Islam telah memberikan toleransi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sufisme, selama hal itu dilakukan agar tercipta dalam hati mereka "dzauq" ( perasaan khusu' dihati ) pada saat muraqabah ( mendekatkan diri ) kepada Allah SWT ".
۞ Mutiara Hikmah
Diantara hikmah yang terukir dari lidah beliau :
" من لا له ورد فهو قرد، ومن لا له ورد ما له وارد"
Barang siapa yang tidak mempunyai wiridan (dzikir-dzikir yang dibaca setiap hari); maka sama halnya dengan kera, dan barang siapa yang tidak mempunyai wiridan; maka tidak datang kepadanya (keberkahan dan karunia Allah SWT).
" دواء القلب قطع العلائق"
Obat penyakit hati adalah memutus semua hubungan.
" من لا يطالع في كتاب الإحياء ما فيه حياء"
Siapa yang tidak menelaah kitab "Ihya ulumiddin" (karya Al-Gozali), maka tidaklah tercipta dalam dirinya rasa malu.
" من لا له أذكار فليس بذكر"
Siapa yang tidak mempunyai dzikir, maka dia bukanlah lelaki sejati.
"الناس فقراء إلى العلم، والعلم فقير إلى العمل، والعمل محتاج إلى العقل، والعقل فقير إلى التوفيق"
Manusia butuh ilmu, begitu pula ilmu perlu praktek (amal perbuatan), dan praktek tak lepas dari akal (kecerdasan dan kepiawayan), sementara akal bergantung pada taufik.
" كل علم بلا عمل باطل، وكل علم وعمل بلا نية هباء، وكل علم وعمل ونية بلا سنة مردود، وكل علم وعمل ونية وسنة بلا ورع خسران، ويخاف على صاحبه عند الموازنة والقصاص ذهابه"
Setiap ilmu tanpa praktek sia-sia, ilmu dan praktek tanpa niat seperti debu, ilmu, praktek dan niat tanpa sunnah tidak diterima, ilmu, praktek, niat dan sunnah tanpa sifat waro' akan mendapat kerugian bahkan lebih ironis lagi hilangnya amal ibadah tersebut pada hari kiamat.
" من لم يقرأ المهذب ما عرف قواعد المذهب"
Siapa yang tidak membaca kitab "Al-Muhadzab"; maka dia belum mengenal kaidah-kaidah madzhab.
" من لا له أدب فهو دُب"
Siapa yang tak memiliki tata krama, tak ubahnya binatang buas.
"كن ابن زمانك، فإن رأيت أهله ذئابا فلا تكن ضأنة يأكلوك، وإن رأيتهم ضأنا فلا تكن ذئبا تأكلهم"
Jadilah kamu anak yang bijak pada masamu, jika kamu melihat mereka seperti serigala; maka janganlah kamu seperti kambing yang jadi santapan mereka dan jika kamu melihat mereka seperti kambing; maka janganlah kamu seperti serigala yang menghantui mereka.
"أنا شيخ من لا شيخ له"
Aku adalah guru bagi orang yang tidak mempunyai guru.
" في تربة تريم ثمانون قطبا"
Dalam pemakaman "Zanbal" terdapat 80 wali quthub.
Keluarga, Kerabat serta Keturunan
Beliau mempunyai beberapa saudara : Ali, Abdullah dan Alwi, adapun nama ibu beliau adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar bin Ahmad bin Al-faqih yang di makamkan di perkampungan yang bernama Qosam. Beliau mempunyai empat istri diantara mereka ada yang berasal dari luar kota Tarim, dianugerahi 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, diantaranya : Ahmad, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Maryam (dari istri beliau Bahiyah binti Ali bin Abdullah Ba'alawi), Hasan, Aqil, Ja'far (dari istri beliau anak dari Salim keturunan Judail), Syeikh, Abdullah, Alwi (dari istri beliau 'Aisyah binti Yahya Bilqunain), Ali (dari istri beliau anak perempuan dari keturunan Ba'tsabtan), Ibrahim (dari istri beliau anak perempuan Abdullah Bafadhl Balhaj), Husain (dari istri beliau anak perempuan keturunan Ibn Ubeid). Empat dari mereka (Umar Al-Mihdhar, Hasan, Ahmad dan Syeikh) tidak mempunyai keturunan laki-laki, begitu pula Ja'far yang mempunyai keturunan laki-laki namun kemudian terputus.
۞ Berpulang Ke Rahmatullah
الذين إذا أصابتهم مصية قالوا إن لله وإن إليه راجعون (البقرة :156)
Mereka yang apabila tertimpa musibah, maka terucap dari lidah mereka "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Malang tak dapat ditolak saat musibah datang bertandang, tepat pada hari kamis 23 Sya'ban 819 H, Masyarakat kota Tarim dirundung duka yang mendalam atas wafatnya Imam Wadi Ahgaff Al-Habib Abdurrahman As-segaff. Menjelang ajal beliau, para kerabat berkumpul diantara mereka ada yang mencoba memalingkan wajahnya kearah kiblat, namun walaupun dalam masa kritis seperti itu, beliau masih mampu untuk melakukan sendiri, pada saat itu pula beliau menghembuskan nafas terakhir, dan dimakamkan diturbah zanbal pada hari jum'at diwaktu dhuha. Anaknya Umar Al-Mihdhar pun melantunkan syair-syair meratapi wafat ayahnya:
"ألا يا عين ويحك لا تنامي :: وبثي كل الدمع واسقي كل ضامي"
"على فرق الذي قد صار منه:: جميع الجسم باك والعظام"
Pehatikanlah wahai semua mata! Sungguh kasihan dirimu, janganlah kamu tidur dan menangislah terhadap kematian seorang wali….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar