Minggu, 21 Februari 2010

Kisah hikmah (cairo-alexandria)

Sebuah kisah dimusim panas yang menyengat.
Seorang kolumnis majalah Al Manar mengisahkannya.
Musim panas merupakan ujian yang cukup berat, Terutama bagi muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher, kehangatan badan bisa dijaga, Jilbab menjadi pakaian multi fungsi.


Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus. Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar, Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang perhatian, kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan, Bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga melanggar syareat agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda tersebut? Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya, Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak pribadi seseorang. "Jika memang bapak mau, ini ponsel saya, Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!!" Sebuah respon yang sangat frontal. Dan sang bapak pun hanya beristighfar, Bapak itu terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya, Tak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan dipenghujung tujuan, Di terminal akhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Tapi mereka terhalang oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur, Ia berada didekat pintu keluar. "Bangunkan saja!" begitu kira-kira permintaan para penumpang. Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi, Ia menemui ajalnya.

Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk disampingnya. Sebuah akhir yang mengerikan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.

Seandainya setiap orang mengetahui akhir hidupnya..
Seandainya setiap orang menyadari hidupnya dapat berakhir setiap saat..
Seandainya setiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk..
Seandainya setiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah..
Sungguhnya Allah masih menyayangi kita dan masih memberikan kesempatan kepada kita agar terus meningkatkan kadar ibadah kita..

Subhanallah..
Betapa besar karunia Allah yang senantiasa di berikan kepada kita, semoga kita tetap dikaruniai Iman dan Taqwa serta meninggalkan dunia ini dalam keadaan husnul Khotimah.. Amien.

1 komentar: