Minggu, 21 Februari 2010

Menikmati kritikan orang lain

Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya, niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan cara mencari dan menyebarkan aib lawannya tersebut atau mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung-ujung dari perbuatannya tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.


Lain halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia dapat menikmatinya karena yakin betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan seijin Allah Azza wa Jalla.

Allah Azza wa Jalla tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. adakalanya terbentuk nasehat yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja. Terserah Allah.

Jadi, kenapa kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu mengingatkan segala kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.

Semoga kita ditakdirkan sebagai insan yang selalu sabar dalam keadaan bagaimanapun.. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar